27
05/2023
|
27
06/2019
|
Kategori : Info Pendidikan Komentar : 0 komentar Author : Kontributor |
Dalam kurikulum 2013 terdapat pelajaran Prakarya yang wajib dilaksanakan oleh satuan pendidikan dari berbagai jenjang, mulai dari jenjang SD, SMP, SMA dan SMK. Melihat posisinya pada struktur kurikulum yang ada pada kelompok wajib maka pelajaran Prakarya tentu mempunyai peranan penting dalam mengembangkan potensi peserta didik dalam proses penyiapan masa depannya. Penempatan pada posisi wajib tentu tidak serta merta menjadikannya mudah untuk diterapkan di setiap jenis dan jenjang pendidikan, khususnya pada jenjang SMP, SMA dan SMK. Berbagai kesulitan dan hambatan siap menghadang pelaksanaan pembelajaran Prakarya ini, namun demikian pendidik harus memiliki keberanian untuk melaksanakannya karena bersifat wajib.
Persoalan
Tidak adanya pendidik yang benar-benar berasal dari program pendidikan Prakarya menjadi persoalan utama, sebab memang di LPTK tidak ada jurusan yang membuka program studi Prakarya. Kalaupun ada program matrikulasi ataupun crash program atau apapun istilahnya untuk mengadakan, mengalihfungsikan, atau membekali guru untuk mampu melaksanakan pembelajaran Prakarya pastilah membutuhkan waktu, tenaga, biaya dan kebijakan khusus, tetapi pasti akan sangat membantu kesuksesan pembelajaran Prakarya ini. Kenyataan yang terjadi di lapangan adalah sebagian besar guru Prakarya yang akan melaksanakan pembelajaran Prakarya adalah guru-guru Teknologi Informasi (TI) yang beramai-ramai pindah jalur, masuk dalam mata pelajaran Prakarya, selain itu juga ada guru kewirausahaan, guru tata boga, guru kerajinan, keterampilan, seni budaya, bahasa Inggris, bahkan ada guru Agama, atau Mata pelajaran lain yang “kesasar” masuk karena tidak mendapatkan tempat. Latar belakang keilmuan yang sangat beragam tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi sekolah, Dinas, Pemerintah Daerah, maupun pemerintah pusat karena perlu memfokuskan kemampuan mengajar mereka pada mata pelajaran yang bisa jadi bersifat baru.
Kondisi lain di luar tenaga pendidik adalah masalah fasilitas, baik sarana/prasarana yang ada di sekolah yang seringkali belum memadai karena keterbatasan pendanaan. Bagi sekolah-sekolah yang mempunyai modal dan pembiayaan yang cukup besar mungkin tidak mendapatkan masalah untuk mengadakan fasilitasnya, tetapi bagi sekolah gurem, tentu fasilitas akan menjadi masalah yang besar untuk diadakan.
Ketersediaan berbagai Sumber belajar yang ada di sekitar sekolah seperti buku, internet, video, nara sumber, industri, dan sebagainya sebetulnya akan sangat membantu pelaksanaan pembelajaran Prakarya ini secara optimal, oleh karena itu perlu dilihat lagi potensi sumber belajar yang telah dimiliki dan ada di sekitar sekolah. Apabila sumber belajarnya masih kurang maka masalah yang dihadapi akan bertambah, tetapi bila cukup banyak tersedia maka masalahnya akan dapat dikurangi.
Pembahasan
Secara formal guru-guru yang telah mengajar tersebuti tentu telah mendapatkan akta mengajar, artinya secara pedagogis mereka telah mampu menguasai ilmu mendidik, modal kemampuan mendidik ini menjadi kompetensi yang sangat penting bagi pendidik yang akan beralih fungsi ke mata pelajaran lain. Meskipun telah mendapatkan akta mengajar, tentu saja tidak serta merta guru tersebut mampu memberikan pembelajaran secara menarik apabila tidak mempunyai motivasi, passion sebagai pendidik. Apabila seorang pendidik sudah mempunyai motivasi, passion sebagai pendidik maka mata pelajaran apapun akan lebih mudah dan menarik untuk dicerna peserta didik.
Masuknya guru-guru “baru” tersebut dalam mata pelajaran Prakarya tentu perlu disambut gembira oleh berbagai pihak, baik guru, sekolah ataupun stake holder karena tidak perlu lagi menambah tenaga pendidik, namun demikian kemampuan untuk mengajarkannya masih perlu dipikirkan agar pelaksanaannya dapat sesuai dengan tuntutan yang ada pada kurikulum 2013. Bagi pendidik yang telah memiliki passion sebagai pendidik, substansi “materi baru” Prakarya yang akan disampaikan akan menjadi lebih mudah karena semua materinya terkait dengan kehidupan sehari-hari, proses dan produknya jelas dapat diamati dan dipelajari secara kasat mata, sehingga tidak ada kata sulit dalam menghantarkan pembelajaran Prakarya.
Sebuah pengalaman yang berlangsung pada kegiatan peer teaching dalam diklat Kurikulum 2013 dapat menjadi illustrasinya. Seorang guru agama dapat dengan lancar dan menarik memotivasi peserta didik ketika mengajarkan tentang proses penjernihan air. Fokusing, dan selingan-selingan yang menarik dapat dibawakan mulai dari identifikasi bahan penjernih air, jenis air baku, proses penyusunan material, proses penjernihan, dan seterusnya sampai diperoleh jenis air yang layak digunakan ataupun dikonsumsi.
Sementara pada kesempatan lain ada juga guru seni budaya, guru PKN, guru Boga yang masih menyampaikan materi di depan kelas secara konvensional tanpa tujuan yang jelas, atau hanya sekedar menyampaikan materi saja tanpa
mengindahkan proses pembelajaran yang bermakna. Hal ini menandakan adanya masalah pada kompetensi guru kita, bahwa kompetensi pedagogik masih belum dikuasai secara baik, meskipun kompetensi profesional (penguasaan materi) telah dipelajari terlebih dahulu. Melalui illustrasi tersebut dapat direfleksikan bahwa penguasaan kompetensi pedagogik bagi seorang guru dengan motivasi dan passion yang kuat dapat menjadikan pembelajaran Prakarya lebih menarik dan bermakna bagi peserta didik.
Masalah fasilitas dan sumber dana yang minim tidaklah menjadi alasan yang kuat bagi sekolah ataupun guru untuk tidak melaksanakan pembelajaran Prakarya. Hal ini berkaitan dengan kemudahan akses dalam mendapatkan sumber belajar yang memadai, apabila tersedia sumber belajar yang melimpah dan mudah diakses maka guru dapat menyusun strategi pembelajaran yang tepat agar pembelajaran Prakarya dapat dilaksanakan di luar kelas. Strategi yang digunakan mungkin akan lebih tepat menggunakan kelas tanpa sekat, bahwa belajar dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan bahwa guru bukan satu-satunya sumber belajar di kelas.
Guru dapat meminta siswa mengidentifikasi bahan tertentu, kandungan yang ada pada bahan tersebut, mendeskripsikan kegunaannya, kombinasinya, cara pengolahan, pemrosesan hingga menjadi produk sampai pada pengemasan dan penjualannya dengan menggali sumber belajar yang ada di sekitar sekolah, baik dari literatur, web, maupun dari pakar atau industri yang nyata. Belajar dari industri setempat tanpa ada fasilitas yang memadai di sekolah menjadi alternatif yang dapat ditempuh dalam proses pembelajaran ini, dan cara ini tidak salah.
Pelajaran Prakarya sering dimaknai sama dengan pelajaran keterampilan dengan perwujudan membuat produk kerajinan, keterampilan seperti menjahit, memasak, atau membuat barang lain yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pada masa lalu siswa SD diajak membuat anyaman kertas, kincir angin, maket rumah, topeng, dan sebagainya, tetapi banyak dari siswa yang tidak dimampukan atau diberdayakan oleh guru, orang tua atau kakaknya karena hanya mengumpulkan produk, alhasil hanya beberapa siswa saja yang hasilnya dibuat sendiri, sementara banyak siswa yang dibuatkan kakak, orang tua atau membeli karya untuk dinilaikan. Proses pembelajaran seperti ini tentu tidak mendidik karena mereka tidak diajari dan ddidik untuk tekun, telaten, rajin, dan pantang menyerah dalam membuat produk yang ditugaskan karena tidak ada kontrol yang baik dan mendidik, baik dari guru maupun orang tua. Pembelajaran Prakarya yang demikian tidak akan berguna karena tidak memampukan siswa untuk memahami, mempelajari berbagai jenis bahan, kegunaan, perlakuan, teknik, proses, dan hasil akhirnya. Tidak dipersoalkan apakah hasil akhirnya layak digunakan atau tidak, layak dikonsumsi atau tidak, layak dijual atau tidak, meskipun pada akhirnya nanti akan berujung pada hal-hal tersebut, tetapi proses mencapai dan untuk sampai pada tataran tersebutperlu dihargai sebagai proses yang bernilai dan bermakna dalam pembelajaran.
Prinsip mata pelajaran Prakarya adalah kreativitas, dengan kemampuan kreatif dibantu teknologi dasar dengan sistem kerja yang akurat akan menghasilkan kompetensi keterampilan tinggi. Sedangkan prinsip pengembangan materi adalah mendudukan bahan dan alat sebagai medium pelatihan kompetensi keterampilan tersebut. Pembelajaran Prakarya tidak mementingkan produk akhir, tetapi lebih menekankan pada proses pembelajaran dalam mengetahui aneka jenis bahan yang dapat digunakan, kegunaan dan karakteristik masing-masing bahan, teknik pengolahan ataupun pembentukan, mengatasi permasalahan dalam proses pembentukan/pengolahan dan teknik, urutan kerja yang tepat, sikap kerja yang tepat, dengan menerapkan efisiensi secara benar.
Pelajaran Prakarya tidak akan berguna bagi siswa bila orientasinya hanya pada produk semata. Dalam pembelajaran Prakarya harus mampu membongkar kreativitas proses berkarya yang melatari dan mendasari pembuatan produk yang di dalamnya terkandung pemaknaan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pembelajaran Prakarya akan bermakna bila tidak hanya sekedar mengejar produk kincir angin, kendi gerabah, jus buah, atau budidaya lele, tetapi membongkar apa yang ada di balik kincir angin, benda gerabah, jus buah, atau budidaya lele tersebut.
Di balik produk kincir angin dapat disingkap berbagai jenis bahan, berbagai jenis alat, berbagai teknik, berbagai nilai, dan berbagai sikap pandangan yang menyertainya dengan berbagai kemungkinan. Bagaimana bahan kertas dipadu dengan bahan kayu, bahan logam, bahan plastik; bagaimana membuat masing-masing komponen agar menjadi suatu sistem mekanisme yang utuh, teknik pengerjaan seperti apa dan bagaimana mengerjakannya sehingga mampu dikuasai dan dikembangkan oleh peserta didik.
Dibalik pembuatan benda gerabah misalnya, makna (filosofis) apa yang ada dalam sebuah kendi ataupun periuk, bagaimana bila digunakan untuk keperluan lain, pada suku tertentu apakah berbeda penggunaannya, di daerah mana saja berkembang pembuatan gerabah, bahan apa yang digunakan, teknik apa yang digunakan, bagaimana bila bahan dan tekniknya diganti dengan bahan lain dan teknik yang berbeda, apakah bentuknya dapat dibuat berbeda, apakah fungsinya dapat dikembangkan menjadi fungsi lain, dan sebagainya. Selain itu mampukan peserta didik membuat dan mengembangkannya sendiri berdasarkan rancangan yang dibuatnya, kemudian apakah benda yang dibuat tersebut mempunyai nilai jual? Semuanya itu dapat dirancang oleh peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga tidak hanya produk akhir saja yang menjadi tujuan akhirnya.
Dibalik pembuatan jus sayur dan buah peserta didik dapat mengidentifikasi berbagai jenis buah, sayur dengan kandungan vitamin dan mineralnya, nilai
gizinya, kandungan protein maupun karbohidrat, dan seterusnya. Kombinasi antara sayur dan uah ataupun kombinasi sayuran dan buah-buahan yang baik untuk keperluan diet, kesehatan, penyembuhan dan sebagainya. Bagaimana teknik pengolahan yang baik sehingga tidak merusak kandungan vitamin, gizi, maupun mineral yang terkandung di dalamnya. Alat yang digunakan dalam pengolahan, bagaimana meningkatkan efisiensinya, menjaga higienitasnya, dan sebagainya. Banyak yang dapat digali dan dieksplorasi dalam pembelajaran di balik jus buah dan sayuran tersebut sehingga tidak kering.
Di balik budidaya lele peserta didik dapat mempelajari berbagai jenis lele, ciri dan sifatnya, cara berkembang biaknya, waktu ideal yang dibutuhkan untuk bertelur, beranak, dibesarkan dan dipanen, berat ideal yang baik untuk konsumsi, berbagai jenis penyakit yang dapat menyerang, berbagai jenis obat yang dapat digunakan, alternatif obat alami yang dapat digunakan, jenis pakan yang baik, jenis pakan alternatif, ukuran kolam untuk jumlah lele yang tepat, dan sebagainya. Berbagai tugas dan pekerjaan dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran budidaya lele ini agar tidak hanya ukuran besar lele saja yang menjadi targetnya.
Dari illustrasi di atas dapat ditarik makna bahwa pembelajaran Prakarya tidak sekedar menghasilkan produk yang berujung pada penilaian produk saja, tetapi proses yang terjadi di balik pembuatan produk itulah yang menjadikan produk tersebut menjadi bernilai dan penting karena proses belajar secara kreatif dan ilmiah tersebut akan menjadikannya menjadi manusia yang mampu belajar, termasuk dari kesalahan yang dilakukannya.
Penutup
Pembelajaran Prakarya dapat mengajarkan kepada peserta didik tentang pentingnya nilai kreatif dan ilmiah dalam menyikapi material/bahan, dengan menggunakan teknologi dasar untuk membuat suatu produk guna memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Pembelajaran Prakarya mengajarkan sikap tekun, mandiri, percaya diri, disiplin, jujur, dan pantang menyerah dalam membuat suatu produk dengan cara trial and error, sehingga produk akhir menjadi sarana pembelajaran untuk menghasilkan produk yang lebih baik.
Pembelajaran Prakarya akan bermakna bagi peserta didik apabila:
Mampu menyajikan proses belajar yang berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari;
Mampu mengajak peserta didik untuk mendalami apa yang ada dibalik proses dan produk yang dibuat;
Mengajak peserta didik untuk belajar dan memahami suatu kajian dari proses trial and error;
Dikerjakan oleh peserta didik sendiri pada jam pelajaran atau di luar jam pelajaran;
Ada kontrol yang baik dari guru dan orang tua secara berkala, misalnya setiap minggu;
Penulis:
M. Fajar Prasudi (Widyaiswara di PPPPTK Seni dan Budaya)
fajarpras@gmail.com
sumber : http://www.p4tksb-jogja.com/index.php/artikel/73-pendidikan/656-bergunakah-pelajaran-prakarya-bagi-siswa
27
05/2023
|
3
03/2022
|
13
06/2021
|
5
07/2019
|
2
07/2019
|
2
07/2019
|
Komentar Terbaru